PRUDENTIAL |
PRULink Assurance Account Plus. Find it out PAA Plus |
Lobster Air Tawar (LAT) |
Bagi para hobiis LAT yang telah bosan dengan LAT-nya, terutama jenis-jenis LAT impor, jangan sekali-kali membuang LAT-nya keperairan setempat. Berikan LAT tersebut ke hobiis lainnya dan berikan pula pengertian agar tidak membuangnya kelak. Atau anda musnahkan LAT tersebut. LAT impor bukanlah hewan asli perairan Indonesia, kehadiran mereka akan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem setempat dan bahkan memusnahkan hewan akuatik lokal lainnya. |
Other things |
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. |
Other things |
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. |
Other things |
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. |
|
Kecerdasan Finansial Anak |
Wednesday, November 08, 2006 |
Oleh: Mike Rini Dikutip dari Danareksa.com
Dalam segala hal yang berkaitan dengan uang, jangkauan berpikir seorang anak belum seluas orang dewasa. Apa yang penting untuk Anda, belum tentu penting bagi mereka Mereka tidak selalu setuju, kemungkinan besar malahan akan membantah, juga melakukan kesalahan-kesalahan dalam mengelola uangnya adalah hal-hal yang akan Anda hadapi dalam proses mengajarkan pengelolaan uang pada anak. Namun, bukankah cara anak kita belajar tentang uang sama dengan cara kita belajar tentang uang juga hal-hal lain yang sangat penting dalam hidup ini. Yaitu dengan selangkah demi selangkah membuat makin sedikit kesalahan dan menjalani konsekuensinya.
Karena itu memaksakan logika berpikir orang dewasa kurang tepat diterapkan kepada anak-anak. Artinya jika Anda ingin mengajarkan nilai uang pada anak, tempatkan diri Anda terlebih dahulu pada posisi mereka. 3 konsep pendekatan berikut ini, mudah-mudahan bisa membantu Anda membangkitkan kecerdasan finansial untuk anak Anda
Pendekatan I : Menabung Dengan Suka Cita
Orang tua seringkali tanpa sadar memaksa anak-anak untuk menabung. Tiap kali mereka punya uang lebih yang didapat dari nenek, paman, bibi atau bahkan Anda sendiri, tanpa sadar Anda melarang mereka untuk membelanjakannya. Mungkinkah Anda ngeri membayangkan apa yang dilakukan anak-anak jika mereka bebas membelanjakannya dan menyebabkan masalah saat mereka tidak diawasi? Hal ini menyebabkan perintah menabung dari orang tua dirasakan oleh anak malah lebih sebagai penjara tempat orang tua menahan uang milik anak-anak mereka agar tak bisa dipakai.
Kegiatan menabung adalah kegiatan yang ditujukan untuk suatu hasil dimasa depan. Uang hasil menabung tidak digunakan sekarang tetapi suatu saat nanti. Buat orang dewasa masa depan berarti bertahun-tahun kemudian, misalnya membayar uang pangkal masuk perguruna tinggi anak, membeli rumah atau persiapan pensiun. Buat anak-anak masa depan jika berkaitan denagn uang adalah ketika 6 bulan lagi bisa membeli play station sendiri, 3 bulan lagi beli jam tangan baru, atau bulan depan bisa nonton konser group musik yang digemarinya. Anak-anak bisa jadi lebih bersemangat menabung untuk jangak pendek ini. Karena itu memaksakan konsep menabung untuk masa depan dengan hitungan waktu bertahun-tahun kemudian akan sulit diterima anak-anak. Menabung dengan tujuan menyimpan uang selama mungkin, buat anak-anak sama saja dengan tidak ada kesempatan menggunakan uang tersebut.
Orang tua sebaiknya tahu, bahwa arti masa depan buat anak berbeda dengan Anda. Pahamilah bahwa waktu berjalan lebih lambat bagi anak kecil daripada bagi orang dewasa. Karena itu persepsi masa depan untuk anak adalah waktu yang tidak terlalu lama, biasanya kurang dari satu tahun, sebab jangka waktu masa depan untuk anak jauh lebih pendek daripada orang dewasa.
Menabung tidak akan memiliki arti, kecuali jika dilakukan dengan sukarela. Jika orang tua secara otomatis menyita uang anak, entah itu hadiah berupa uang atau uang saku dan memasukannya ke celengan atau ke bank, anak Anda tak akan menganggap bagian yang disitu itu miliknya, terutama jika tujuan Anda adalah menabung untuk membayar sekolah atau pengeluaran lain yang buat anak-anak masih jauh didepan.
Kita sendiri sebagai orang tua tidak menganggap menabung untuk diri kita sebagai bentuk hukuman. Kita yakin menabung akan membuat hidup kita lebih baik dan bahwa hasilnya akan bisa kita nikmati. Jika kita sedikit mengorbankan pengeluaran saat ini, kita yakin pada masa yang bisa diperkirakan, kita akan bisa membeli mobil yang lebih bagus, pindah ke rumah yang lebih besar, mengirim anak-anak kita ke perguruan tinggi favorit, atau pensiun dini. Dengan kata lain, kita menabung untuk alasan egois. Kita membelanjakan lebih sedikit uang sekarang agar bisa membelanjakan lebih banyak uang pada masa yang akan datang.
Karena itu untuk memotivasi anak-anak agar mau belajar menabung, maka mereka memerlukan alasan egois yang masuk akal bagi mereka. Agar bisa menarik bagi anak-anak, menabung harus bisa membuat hidup anak-anak lebih baik dan bisa mewujudkan tujuan keuangannya, sama seperti yang Anda rasakan. Manfaat itu juga harus dapat dirasakan pada masa yang bagi anak-anak terasa masuk akal, alih-alih ditekan sejauh mungkin ke masa depan yang tidak ada dalam alam pikiran anak-anak.
Konsep Kebebasan Mengambil Keputusan
Anak-anak perlu mengendalikan uang mereka sendiri. Mengapa? Karena jika uang yang mereka belanjakan bukan benar-benar milik mereka, anak-anak tak punya alasan yang memaksa untuk memperhatikan bagaimana menghabiskannya. Anak-anak yang seringkali merengek minta orang tuanya membelikan sesuatu menandakan dia tidak peduli dan kurang bertanggung jawab dengan uang orang tuanya, dan untuk apa mereka bertanggung jawab, toh itu bukan uang mereka? Akan tetapi, anak-anak sangat berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka sendiri. Bukan berarti semua diperbolehkan. Selama masih dalam batas perilaku yang dibolehkan, anak sebaiknya diperbolehkan untuk mengambil keputusan sendiri dan Anda mungkin bisa menawarkan saran berdasarkan pengalaman terhadap keputusannya. Anak-anak yang tidak memilki kontrol atas uang mereka sendiri tidak punya alasan untuk tidak meminta uang dan akan segera menghamburkan uang yang mereka dapatkan.
Memegang kendali atas uang mereka sendiri memaksa anak-anak melawan dan menimbang keinginan mereka yang sebenarya. Hal ini juga membebaskan orang tua dari keharusan peran yang selalu menghakimi dan menasihati dalam masalah keuangan keluarga. Jika anak Anda ingin membeli mainan, dia tidak perlu meyakinkan Anda bahwa pembelian itu berguna, tetapi dia harus meyakinkan dirinya sendiri. Dan jika dia memutuskan untuk meminta pendapat Anda, dia tahu pendapat Anda akan cukup adil. Sehingga pertanyaan yang harus dijawab anak Anda bukanlah “Bagaimana cara membujuk Anda untuk membayar mainan ini? “ melainkan “ Apakah mainan ini benar-benar kuinginkan?”.
Konsep Orang Tua Sebagai Teladan
Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga, begitula seorang anak maka begitulah juga orang tuanya. Seorang anak memangh cerminan sifat dan kebisaan orang tuanya, hampir seperti salinan atau fotocopy. Jadi lakukanlah hal hal yang sesuai dengan apa yang anda ajarkan kepada anak anda, jangan hal yang sebaliknya. Anda mengajarkan untuk berhemat, tapi anda sendiri malah boros. Sebenarnya setiap hari kita telah mengajarkan tentang uang pada anak. Kita mengajarkan uang kepada mereka setiap kali anggaran belanja kebobolan, tampak bahagia atau sedih setiap kali pulang kerja, membayar tagihan kartu kredit tepat waktu atau menumpuk utang sampai membengkak. Selama masa kecil, pelajaran yang diberikan tanpa sadar ini seringkali meninggalkan kesan lebih mendalam dibandingkan apapun yang kita katakan kepada mereka. Oleh karena itu cara terbaik utnuk mengajarkan uang kepada anak-anak adalah dengan menjalani hidup dimana uang digunakan dengan tepat dan selalu memberikan teladan yang baik tentang penggunaan uang. |
posted by Poernomo @ 6:36 PM |
|
|
|
|